30 Mei 2009

Memandang penuh harap

Pernah ada di satu momen dimana kita memandang sesuatu dengan takjub. Sesuatu yang jauh dan rengkuhan tangan kita tapi sangat dekat di hati dan pikiran kita. Sesuatu yang ingin selalu kita ambil, cengkram dan menyimpannya di kantong dan akan menjadi milik kita selamanya...

Akhir-akhir ini saya melakukannya.. Di depan tivi setiap ada gambar negara korea atau inggris..di majalah yang juga memuat berita atau gambar tentang dua negara yang sangat saya idam-idamkan bisa saya kunjungi atau lebih muluknya saya ingin sekolah di sana..Saya memandang dengan sangat takjub, mata berbinar dan senyum mengmbang..Seperti saya ingin tersedot ke dalam gambar...

Kadang saya suka iri dengan satu-satu teman saya yg saya lihat di facebook..yang bisa pergi sekolah kemana saja, hanya butuh meyakinkan orang tuanya..ada lagi yang sudah beigitu beruntungnya bisa di sana tapi malah dipulangin dengan tidak hormat alias sekolah males2an..saya suka kesel trus ngomel..
why life can be so unfair???

Tapi ternyata ada satu kejadian yang merubah pandangan saya..

Satu pagi di hari senin, tidak seperti biasanya saya naik kereta pagi untuk kuliah..Biasanya saya naik cuma kalau pulang ke rumah yang adalah kereta siang menuju bogor..saya tidak tahu celah2 naik kereta pagi ke depok.. Ternyata kereta saya yang berangkat jan 7:11 kira2, adalah kereta yang snagat penuh mematikan menurut teman saya yang setiap pagi naeik kereta..Alhasil saya harus berdiri di stasiun awal dan samakin terdesak ketika kereta menaikkan penumpangnya di setiap stasiun,,

Makian parah desakanya sampai saya harus berdiri dengan posisi miring. Saya cuman sekali naik kareta ini, hanya satau kali untuk satu bulan atau malah satu tahun.. Karena lain kali sebisa apapun saya akan menghindari naik kereta 7:11 yang mematikna itu..

Tapi di dalam kereta itu ada orang-orang yang tidak memiliki pilihan seperti saya. Pilihan mereka hanya naik kereta itu, berdesak-desakan setiap hari, sesak napas dan segala hal tentang ketidaknyamanan..

Dan moment itu kembali saat saya melewati kampus saya UI

Moment dimana saya melihat inggris dan korea dan ingin memasukkan tubuh saya ke dalam tivi. Moment itu kembali,.Momen-momen dimana ada mata yang memandang universitas itu dan seperti ingin mencengkram dan memasukkannya ke dalam kantong..Mungkin masuk ke sana bisa memberikan harapan..keadaan tanpa pilihan..atau meniadakan kereta mematikan 7:11

Ternyata selalu ada yang memandang di belakang kita..terus ke begitu ke belakang..saat saya mengutuk orang-orang yang tidak menggunakan kesempatan baiknya untuk sekolah di inggris atau korea..di belakang saya ada orang-orang yang mengutuk saya karena saya tidak menggunakan sebaik-baiknya kesempatan yang saya miliki...

Membayangkan ada seseorang melihat kehidupan saya atau kesempatan-kesempatan yang saya miliki dan mereka berharap memiliki apa yang saya miliki..membuat saya tidak ingin mengecewakan mereka..seperti saya tidak mau-orang-orang yang bisa sekolah di inggris dan korea dengan mudah-mengecewakan saya...

Ada sejuta orang yang mengingikan apa yang kita miliki.. Jadi sebelum Tuhan berubah pikiran untuk memberikan apa yang saya miliki ke orang-orang itu ada baiknya saya berusaha untuk mempertahankan di kantong saya apa yang saya miliki sekarang dan terus berusaha meraih apa yang saya cita-citakan...Supaya tidak ada penyesalan lagi dan lagi suatu saat nanti..

(*sepertinya agak terlambat baru menyadari di semester 7..)
:)

1 Mei 2009

STOP MENJADI PENULIS MALAS!!!

Beberapa hari yang lalu saya membuka blog seorang dosen saya. Kebetulan saya kuliah Fakultas Hukum Univeristas Indonesia. Di dalam salah satu postingannya, dosen saya itu mengkritik habis adegan sebuah sinetron yang sedang laris manis di salah satu stasiun TV. Sebagai seorang Sarjana hukum beliau tentu tahu dengan baik, bagaimana seharusnya proses peradilan berjalan di sebuah pengadilan. Sangat di sayangkan dalam postingan dosen saya itu beliau menemukan begitu banyak kejanggalan yang tidak mungkin terjadi dalam proses peradilan. Harus diketahui bahwa proses berjalannya peradilan sudah di atur dalam Kitab Undang-Undang tersendiri sehingga penulis tidak bisa mengarang bebas jalannya persidangan itu.

Bagi saya hal ini sangatlah berbahaya jika tidak mendapat perhatian. Seperti kita tahu bahwa tayangan sinetron di negara ini peminatnya lebih banyak daripada acara berita. Oleh karena itu sinetron bisa jadi salah satu alat menanamkan kebenaran dalam pandangan masyarakat kita. Mungkin untuk beberapa orang yang mengerti dan tahu bisa menertawakan saja kelalaian penulis. Tapi bagaimana untuk orang yang awam hukum? Mereka akan percaya dan akan menjadi pengetahuan baru bagi mereka. Dan betapa fatalnya menanamkan sebuah hal yang salah kepada masyarakat banyak.

Lebih memprihatinkan untuk saya ketika hal itu tidak terjadi pada satu persoalan saja banyak hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti hukum, kedokteran, dan lainnya yang tidak diteliti mendalam oleh penulis dan dikarang menjadi sebuah ilmu baru yang menyesatkan dan kacau balau. Akan banyak orang yang menertawakan, mengumpat dan yang tersesat. Lalu apa makna dari sinetron kalau begitu? Apa fungsi badan sensor? Hanya untuk menyortir adegan mesum kan? Apa bedanya adegan mesum dengan “ilmu pengetahuan baru yang dibuat pengarang”? Toh semuanya sama-sama menyesatkan.

Harusnya ini jadi perhatian kita semua. Jangan sampai hal seperti ini jadi kebiasaan kita. Malas mencari, membaca, meneliti lalu membuat teori sendiri. Penulis harus banyak tahu tentang apa yang diceritakannya, bukan berati penulis fiksi bisa mereka semua keadaan dalam tulisannya. Haruslah ilmu pengetahuan yang ada tetap dipegang supaya apa yang ditulis bisa dinikmati dan menjadi pembelajaran juga pengetahun baru bagi penontonnya. Maka, bagi penulis mari membaca, mencari dan meneliti sebelum menulis. STOP JADI PENULIS MALAS!!!