6 Des 2012

Jerat Korupsi yang Mematikan (Lomba Blog VOA)



Mendengar kata korupsi bukan lagi kata yang asing bagi masyarakat Indonesia seperti saya. Korupsi sudah menjadi kegiatan yang seakan dimaklumi diam-diam. Padahal korupsi selalu hadir seperti tikus yang menggerogoti kemakmuran rakyat pelan tapi pasti. Sama seperti negara-negara yang disebutkan pada berita Voice of Amerika dengan judul Transparency International: Korupsi Masih Merajalela di Banyak Negara yang diterbitkan pada Rabu, 5 Desember 2012, korupsi di Indonesia juga memberikan dampak kerusakan yang sama. Uang menjadi salah satu bahan pelumas yang paling ampuh untuk mengatasi kemacetan birokrasi Indonesia. Jenis korupsi yang ada dalam artikel seperti  menyogok untuk mendapat SIM, pekerjaan atau kontrak untuk orang yang tidak memenuhi syarat sudah dikenal akrab oleh masyarakat di negara yang tingkat korupsinya tinggi.

Korupsi-korupsi kecil dan kecil yang terjadi dalam kehidupan masyarakat lama-lama memberikan kelelahan yang luar biasa pada masyarakat itu sendiri. Sampai akhirnya mereka sadar hasil kerja keras mereka dalam bentuk pajak tidak kembali kepada mereka namun bersarang di kantong-kantong sebagian orang. Lebih lagi, sistem korup selalu membuat kehidupan kelompok masyarakat miskin semakin sulit dan tertekan setiap harinya. Karena mereka tidak bisa membayar lebih untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan yang dilakukan orang kaya. Dan mereka adalah kelompok dengan jumlah anggota terbanyak. Ketika amarah mereka meledak, maka kita temui aksi masa seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir, Libya juga Indonesia.

Perpindahan kekuasaan pada pemerintah baru seperti yang tercantum dalam artikel juga nyatanya tidak bisa memberikan perubahan banyak. Lihat saja Indonesia dimana korupsi tidak semakin membaik. Juga beberapa negeri Timur Tengah yang kini sedang berjuang dengan pembaruan yang mereka impikan. Namun korupsi yang sudah mengakar punya beberapa penyebab yang membutuhkan waktu dan usaha keras untuk mengarasinya.

Menurut pendapat saya, ada beberapa alasan korupsi sulit diberantas terutama di Indonesia. Salah satu alasan adalah sistem pendidikan yang tidak kena sasaran. Di Indonesia kini, pendidikan diprioritaskan untuk menjadi anak pintar menghafal. Tapi anak tidak dididik untuk memiliki karakter atau penghargaan atas diri mereka sendiri. Banyangkan saja, jika Anda bisa dibayar sejumlah uang untuk melakukan sebuah pekerjaan yang menyimpang, artinya Anda hanya menghargai diri Anda sebanyak uang tersebut. Integritas dan kebanggaan kita terhadap pekerjaan dan tanggung jawab kita hanya seharga angka-angka yang tercantum dalam uang.

Pendidikan harusnya bisa membuat seorang yang sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun di sekolah untuk memiliki harga diri. Sama seperti orang Jepang, mereka memiliki harga diri yang tinggi maka mereka berani mati dari pada menanggung malu karena tidak bisa melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Hal ini yang tidak dimiliki semua orang yang berani melakukan korupsi. Pelajaraan agama atau pendidikan kewarganegaraan juga tidak bisa memberikan perubahan jika hanya sebatas hafalan. Anak harus dibuat mengerti, sebagai seorang manusia mereka punya nurani yang tidak bisa dibeli. Anak harus diajarkan untuk menjunjung harga dirinya sebagai manusia yang berakal budi. 

Konsumerisme juga sebab lain yang memupuk subur korupsi di banyak tempat. Tayangan televisi, radio dan majalah memberikan mimpi banyak orang akan kemewahan yang sebenarnya tidak mampu mereka miliki. Namun karena terus berulang dan berulang dan berulang akhirnya gambaran kemewahan itu membuat orang secara tidak sadar memaksa diri mereka untuk menggapai mimpi itu dengan segala macam cara. Salah satunya dengan korupsi. 

Yang terakhir adalah penegakan hukum yang tersendat-sendat. Hukuman yang diberikan sepertinya tidak bisa memberikan efek jera kepada pelaku. Memenjarakan mereka selama 2-5 tahun tidak memberikan efek jera sama sekali. Ketika mereka sudah memutuskan untuk berani korupsi mereka sudah tidak lagi memikirkan harga diri karena memang setelah keluar mereka akan tetap kaya. Selain itu dengan sistem yang mudah dibeli, dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa mendapatkan banyak kemudahan di penjara. Satu-satunya cara untuk membuat koruptor jera adalah menyita harta mereka. Memiskinkan koruptor akan membuat mereka jera dan membuat orang lain enggan untuk melakukan kesalahan yang sama. 

Dengan demikian, seperti yang disebutkan Charles Kenny di dalam artikel memberantas korupsi bukan kerja mudah,“Perubahan-perubahan ini memerlukan perubahan norma perilaku dan sikap jutaan orang di negara itu, jadi membutuhkan waktu,” ujarnya.

5 Des 2012

Life of Pi (2012)


Awalnya mendengar judul Life of Pi saya langsung teringat versi novel yang begitu digandrungi teman-teman saya ketika kuliah dahulu. Namun saya belum sempat membacanya, atau lebih tepatnya belum ingin membacanya karena banyak yang bilang buku ini agak berat. Begitu mendengar novel ini diangkat ke layar lebar, saya tidak terlalu tertarik karena menganggap film ini akan menjadi film berat yang membosankan.

Tapi ternyata saya salah, Ang Lee berhasil membuat saya terpesona pada film yang ia buat. Mata saya dimanjakan dengan cinematografi yang sangat indah. Ia membuat kita percaya bahwa dunia yang tak tersentuh manusia memiliki keindahan yang tak terbayangkan. Dan ia bisa menggambarkan bahwa keindahan yang diciptakan oleh alam bersama hewan dan tumbuhan terjadi begitu saja, keindahan yang tidak dipaksakan.

Tak hanya sinematografi yang membuat saya terpukau tapi juga cerita mendalam yang bisa dibentuk menjadi ringan. Saya tidak bisa menghapus penasaran saya sedari awal film ketika Pi, sang Tokoh utama mencari makna dari Tuhan. Ia adalah sosok yang ingin mengenal Tuhan secara langsung dengan caranya sendiri. Ia tak ingin menjadi kebanyakan orang yang pasrah dengan gambaran Tuhan yang diberikan orang lain.

Pi yang sempat mencoba cara yang unik namun jenaka untuk mengenal Tuhan harus berhadapan dengan ayahnya yang sangat rasional. Pi sempat mengalami kebuntuan sampai akhirnya ia terdampar dalam satu kapal kecil dengan seekor macan yang bernama Richard Parker. Cerita menjadi seru bukan saja karena seorang remaja harus terapung-apung di lautan selama berbulan-bulan. Tapi dalam perjalanan ini Pi mengenal dan memahami definisi dari kata Tuhan untuknya. Richard Parker juga bukan hanya tempelan belaka tapi macan inilah yang mengembalikan kepercayaan Pi yang ia lupakan karena ayahnya. Pi selalu yakin bahwa binatang memiliki jiwa, namun ayahnya tidak percaya dan memaksa Pi untuk mempercayai hewan bukan teman manusia.

Perjalanan Pi yang luar biasa ini ia ceritakan kepada seorang teman penulisnya yang sedang mengalami writer`s block dan mencari makna Tuhan sebenarnya. Apa yang kita percaya tentang Tuhan. Bagaimana kita menerima kebenaran tentang Tuhan yang kita temukan dalam perjalanan hidup kita?